Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja

Kewajiban Kepada Mayit

Fatwa Ibnul Qoyyim Al Jauziyah

Do'a orang yang sedang marah

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja

Shalat khauf dan Larangan Memakai Perhiasan Emas dan Sutera bagi laki-laki

Sunday, August 23, 2020

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Fardhu Jum'at & Sunnah Jumat )


Wa faroo-idhuhaa tsalaatsatun : khutbataani yaquumu fiihimaa wa yajlisu baynahumaa, wa an tusholli rok'atayni fii jamaa'atin.

Wa hay-aatuhaa arba'u khisoolin : al ghuslu wa tandhiipu al jasadi wa lubsu ats-tsiyaabi al biydhi wa akhdu azh-zhufri wa  ath-thiibu.

Wa yustahabbu al-inshootu fii waqti al-khutbati, wa man dakhola wa al-imaamu yakhtubu sholla rok'atayni khofiifatayni tsuma yajlisu.


Dan fardhu jumat itu ada tiga yaitu : dua khutbah yang dilakukan secara berdiri kemudian duduk sementara diantara dua khutbah tsb dan mendirikan sholat dua rokaat secara berjamaah.

Dan sunnah hay-at jumat ada empat perkara yaitu : mandi dan membersihkan badan jasmani, memakai pakaian yang berwarna putih, memotong kuku dan memakai wangi-wangian.

Dan dianjurkan diam mendengarkan pada waktu khutbah, dan barangsiapa yang masuk ke masjid disaat imam sedang khutbah maka sholatlah dua rokaat yang ringan kemudian langsung duduk (dengarkan khutbah ).




Sunday, April 12, 2020

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Syarat Didirikannya Jumat )



Syarooithu Fu'ilal Jum'at
Wa syarooithu fi'lihaa tsalaatsatun : an yakuuna al baladu mishroon aw qoryatan, wa an yakuuna al 'adadu arba'iinu min ahlil jum'ati, wa an yakuuna al waqtu baaqiyaan, fainna khoroja al waktuaw 'udimat asy syuruuthu shulliyat dhuhroon.


Syarat Dirikannya Sholat Jumat
Dan syarat2 didirikannya jumat itu ada 3 yaitu : 
  1. Hendaknya diadakan di sebuah negeri, kota atau perkampungan
  2. Hendaknya jumlah orang itu 40 termasuk dari ahlil jumat
  3. Apabila waktu telah habis atau tidak tercukupi syarat diatas maka dilaksanakan shalat dzuhur.

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Syarat Wajib Sholat Jumat )


Syarooithu Wujuubil Jumat
Wa syarooithu wujuubil juma'ati sab'atu asy-yaa-a : Al Islaamu, Wal buluughu, Wal 'Aqlu, Wal hurriyatu, Wal Dzukuuriyyatu, Wal Shihatu, Wal Istiithoonu.


Syarat Wajib ( Sholat ) Jumat

Dan syarat wajib sholat jumat itu ada 7 perkara yaitu :
  1. Islam
  2. Telah baligh
  3. Berakal sehat
  4. Merdeka ( bukan budak )
  5. Laki-laki
  6. Sehat
  7. Tidak sedang bepergian 

Friday, April 10, 2020

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Menjama' Sholat )

Jami'us Sholaati

Wa yajuuzu lilmusaafiri an yajma'a bayna azhuhri wal 'ashri fii waqti ayyihimaa syaa-a, wa bayna al maghrib wal 'isyaa fii waqti ayyihimaa syaa-a, wa yajuuzu lilhaadir fiil mathori an yajma'a baynahumaa fii waqtil uula minhumaa.

 Sholat Jamak
Dan diperbolehkan bagi musafir ( orang dalam perjalanan ) menjamak / menghimpun antara sholat dhuhur dengan ashr di waktu yang dikehendaki diantara 2 waktu tsb. Dan antara maghrib dengan isya pada waktu yang dia kehendaki di 2 waktu tsb. Dan diperbolehkan juga bagi yang tidak bepergian disaat turun hujan menjama' diantara kedua sholat tsb dengan pelaksanaanya pada waktu sholat yang pertama dari kedua sholat itu.




Note : untuk yang tidak bepergian, boleh menjamak sholat misal pada kasus sbb terjadi hujan deras dengan cara di jamak takdim  atau dimajukan lebih awal.

Berbeda dengan mereka yang melakukan perjalanan jauh, maka diperbolehkan melakukan jamak takdim atau jamak takhir ( dimundurkan pelaksanaanya ).

Wednesday, April 8, 2020

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Sholat Musafir )


Sholaatul Musaafir

Wa yajuuzu lilmusaapiri qoshrul sholaati arrubaa'iyati bikhomsin syaroo-itho : an yakuuna safaruhu fii ghayri ma'shiyati, wa antakuuna masaafatuhu sittatun 'asyaro farsakhaan, wa an yakuuna mu-adiyan lilsholaati arrubaai'yati, wa an yanwiyal qoshro ma'al ihraam wa'an laa ya-tama bimuqiim.

Sholat Musafir
Dan diperbolehkan bagi musafir untuk meringkas sholatnya yang 4 rokaat dengan syarat 5 hal yaitu :
  1. Kepergiannya bukan dalam perkara maksiat
  2. Jarak perjalanan setidaknya 16 farsakh
  3. Solat yang diringkas adalah yang berjumlah 4 rokaat
  4. Niat mengqoshor bersamaan dengan takbirotul ihram
  5. Tidak bermakmum kepada orang yang bermukim.



Thursday, April 2, 2020

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Sholat Jama'ah )


Sholaatu Al Jamaa'ati
Washolaatu al jamaa'ati sunnatun mu-akadatun wa 'alaa al ma-muumi an yanawiya al i-timaami duuna al imaamu wa yajuuzu an ya-tamma al hurru bi al 'abdi wa al baalighu bi murroohiqi wa laa tashihu qudwatun rojulin bi imroatin wa laa qoori-un bi ummi wa ayyun mawdhi'in sholla fii al masjidi bisholati al imaami fiihi wa huwa 'aalimun bisholaatihi ajzaa-ahu maa lam yataqoddam 'alayhi, wa inna sholla fii al masjidi wa al ma-muumi khoorija al masjida qoriibaan minhu wa huwa 'aalimun bisholaatihi wa laa haa-ila hunaaka jaaza.

Sholat Jama'ah
Shalat berjama'ah itu sunnah muakad, dan bagi makmum wajib berniat mengikuti imam sedangkan imam tidak wajib. 

Dan diperbolehkan orang yang merdeka berimam kepada seorang budak, dan orang baligh boleh bermakmum kepada anak muraahiq. Tidak sah laki-laki bermakmum kepada wanita dan makmumnya qori kepada yang ummi ( bodoh ). 

Dimanapun seseorang melakukan sholat didalam masjid, yang imamnya ada didalamnya, sedang ia mengetahui shalatnya imam, maka sah baginya selama ia tidak lebih maju daripada imam. 

Apabila imam berada di masjid dan makmum berada di luar masjid namun dekat posisi antara imam & makmum tersbut dan makmum mengetahui shalatnya  dan tidak ada tirai penghalang disana maka sah / boleh. 


Saturday, March 28, 2020

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Waktu Haram Sholat )


Al Awqootu Allatii Tuharrimu Fiiha Ash Sholaati

Wa khamsatu awqootin laa yusholla fiiha illa sholaatun lahaa sababun : ba'da sholaati assub-hi hatta tathlu'a asyamsu, wa 'inda thuluu'ihaa hattaa tatakaamala wa tartafi'u qodro rumhin, wa idza istawat hatta tazuula wa ba'da sholaati al'ashri hatta tagruba asysamsu wa 'inda al gurubi hattaa yatakaamala guruubuhaa.

Waktu-waktu Yang Diharamkan Shalat

Lima waktu yang diharamkan sholat didalamnya, kecuali sholat yang punya sebabnya : setelah sholat subuh sampai terbit matahari, saat terbitnya matahari sampai nampak sempurna dan naik setinggi tombak, dan ketika istiwa ( matahari berada tepat di atas kepala ) sampai tergelincir. Setelah sholat ashar sampai terbenamnya matahari dan ketika matahari terbenam sampai sempurna terbenamnya.

Friday, March 27, 2020

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Sujud Sahwi )


As Sahwu fii ash sholaati

Wa almatruku min ash sholaati tsalaatsatu asy-yaa-a : fardhun wa sunatun wa hay-atun. Fa alfardhu laa yanuubu 'anhu sujuudu assahwi bal in dzakarohu wa zamaanu qoriibun ataa bihi wa banaa 'alayhi wa sajada lilsahwi.

Wa assunnatu laa ya'uudu ilayhaa ba'da attalabisa bi al fardhi lakinnahu yasjudu lilsahwi 'anha.

Wa al hay-atu laa ya-uudu ilayha ba'da tarkihaa wa laa yasjudu lilsahwi 'anhaa waidzaa syakka fii 'adadi maa ataa bihi min arrokaati banaa 'alaa al yaqiinu wa huwa al aqlu wa sajada lilsahwi, 

Wa sujuudu assahwi sunnatun wa mahalluhu qobla as salaami.


Kelengahan dalam Sholat

Dan yang tertinggal dari sholat ada 3 perkara : fardhu, sunnah ab'ad dan ( sunnah ) hay-at. ( Apabila yang tertinggal didalam hal yang fardhu dalam sholat ) maka tidak bisa diganti dengan sujud sahwi akan tetapi bila ia teringat dan tengat waktunya dekat maka hendaknya ia melakukannya dan memulai lagi dari fardhu yang ditinggalkan dan sujud sahwi.

Dan ( apabila yang tertinggal) didalam hal sunnah (ab'adh) maka  tidak perlu kembali mengulanginya setelah melakukan fardhu (sesudahnya) akan tetapi hendaknya ia sujud sahwi.

Dan ( apabila yang tertinggal) didalam hal ( sunnah ) hay-at maka tidak perlu baginya mengulang kembali yang telah dia tinggalkan dan tidak perlu sujud sahwi karenanya. Dan apabila seseorang ragu dalam jumlah bilangan rokaat yang telah dia laksanakan , maka hendaklah ia berpegang pada keyakinannya  yaitu rokaat yang paling sedikit dan melakukan sujud sahwi.  

Dan sujud sahwi itu sunnah, dan letaknya sebelum salam.

Fiqh Syafi'i Matan Abi Syuja ( Bilangan Rokaat dan Rukun-Rukun Fardhunya )



'Idadu roka'aatin wa arkaanu al faroo'idhi

Wa raka'aatu al faraaidhi sab'ata asya'ro roka'atan : fiiha arba'un wa tsalatsuuna sajdatan wa arba'un wa tis'uuna takbiirotan wa tis'u tasyahudaatin wa 'asyaro taslimaatin wa miatun wa tsalatsun wa khamsuuna tasbiihatan. 

Wa jumlahu arkaani fii assholaati miatun wa sittatun wa 'isyruuna ruknaan : fii as shub-hi tsalatsuuna ruknaan, wa fii al maghribi itsnaani wa arba'uuna ruknaan wa fii rubaa'iyati arba'atun wa khamsuuna ruknaan.

Wa man 'ajaza 'an alqiyaami fii al fariidhoti sholla jaalisan, wa man 'ajaza 'an al juuusi sholla mudthoji'an, wa man 'ajaza 'anhu sholla mustalqiyan, fainna 'ajaza aw maa biro-sihi wa nawaa bi qolbihi.

Bilangan Rokaat dan Rukun-Rukun Fardhu 

Dan jumlah rakaat-rakaat sholat fardhu ada 17 roka'at : didalamnya ada 34 kali sujud, dan 94 kali takbir dan 9 kali tasyahud dan 10 kali salam dan 153 kali bacaan tasbih.

Dan jumlah rukun-rukun dalam sholat adalah 126 rukun. Dalam sholat subuh terdapat 30 rukun, dalam sholat maghrib 42 rukun dan dalam sholat 4 rokaat ( dhuhur , ashar & isya ) ada 54 rukun.

Dan barang yang tidak mampu berdiri dalam sholat fardhu maka sholat dengan cara duduk, dan barangsiapa yang tidak mampu dengan duduk maka sholat dengan cara berbaring miring, dan jika masih tidak mampu maka dengan isyarat anggota kepala dan dibarengi dengan hati nya. 




Sunday, June 9, 2019

Fatwa Syaikh Utsaimin Mengenai Diharamkan Puasa Sunnah 6 Hari Syawal Sebelum Puasa Qodho


حكم صيام الست من شوال قبل القضاء 
Hukum puasa sunnah 6 hari di bulan syawal sebelum melakukan puasa qodho ramadhan ( bagi yg batal puasa ramadhan ).

️السؤال:
Pertanyaan :

نقل عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت: [كان يكون علي الصوم من رمضان فما أستطيع أن أقضيه إلا في شعبان لمكان رسول الله صلى الله عليه وسلم مني] فهل يفهم من ذلك أنها كانت لا تصوم الست، أو هناك توجيه؟

Diriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anha bahwasanya dia telah berkata : " Biasanya saya mempunyai ( utang ) puasa ramadhan, namun saya tidak mampu membayar ( utang ) puasa ramadhan itu terkecuali pada bulan sya' ban disebabkan kedudukan rosulullaah shallallah 'alayhi wa sallam ". Lantas bagaimana memahami dari kejadian tersebut,  apakah A'isyah tidak melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal ataukah ada petunjuk lain dalam hal ini ?.

️جواب الشيخ العثيمين رحمه الله: 
Jawaban syaikh Utsaimin rahimahullaahu.

صوم الست هذا أمر لا إشكال فيه، لا يمكن أن تكون مشروعة إلا إذا أتم الإنسان رمضان، والحديث: «من صام رمضان ثم أتبعه ستاً من شوال» وقوله: (ثم أتبعه) يقتضي أن يكون رمضان قد تم. فكما أن الإنسان لا يصح منه راتبة الظهر البعدية قبلها كذلك أيضاً أيام الست؛ لأن أيام الست بمنزلة الراتبة بعد الفريضة فلا يصح.لكن قل لي: هل يدل على أنها لا تصوم يوم عرفة أو يوم عاشوراء أو أيام البيض؟ لا ندري، الله أعلم، قد تصومها وقد لا تصومها، إن صامتها فليس بغريب؛ لأن القضاء وقته موسع والنفل قبل الفرض موسع جائز، وإن لم تصمها فهو -أيضاً- ليس بغريب على فقهها؛ لأن الفقه يقتضي أن يبدأ الإنسان بالواجب قبل التطوع، وقد قال أبوها أبو بكر رضي الله عنه: [إن الله لا يقبل نافلة حتى تؤدى الفريضة]. 

Puasa sunnah 6 hari ( pada bulan syawal ) adalah perintah yang tidak ada kejanggalan didalamnya. Tidak mungkin menjadikannya sesuatu yg disyari'atkan kecuali telah menyempurnakan puasa seorang muslim di bulan ramadhan.

Dalam sebuah hadits : " barangsiapa yg melakukan puasa ramadhan kemudian mengikuti puasa ramadhan tsb dng puasa sunnah 6 hari pada bulan syawal.......", dan perkataan nabi adalah (tsuma attabi'uhu / kemudian mengikutinya ) adalah menghendaki bahwa puasa ramadhan telah dipenuhi terlebih dahulu.

Sama seperti seorang muslim tidak diperbolehkan dirinya melakukan suatu perbuatan setelahnya, sebelum perbuatan di awalnya terpenuhi. Sama juga hal nya dng puasa 6 hari ( pada bulan syawal ). Sebab 6 hari  pada bulan syawal sesudah bulan ramadhan. Namun menurut pendapatku begini ( syaikh Utsaimin ) : 

Apakah berarti dirinya 'Aisyah tidak puasa pada hari arofah ? Atau puasa asyuro ? Atau puasa ayyamul bidh ? 

Maka jawabannya kita tidak tahu, dan hanya Allah yg tahu.

Mau dia berpuasa atau mau tidak berpuasa maka tidak ada yg aneh dalam hal ini. Sebab yg namanya qodho puasa itu waktunya panjang dan ibadah nafilah ( tambahan seperti puasa sunnah ) sebelum melakukan yg wajib yg waktunya panjang maka hal itu diperbolehkan.

Dan jika 'Aisyah tidak berpuasa 6 hari pada bulan syawal maka itu tidak ada yg aneh dalam memahaminya. Sebab pemahamannya menghendaki seorang muslim untuk  mendahulukan sesuatu yg wajib sebelum tathowu ( sunah ).

Dan sungguh ayahnya 'Aisyah yaitu Abu Bakr radhiyallaahu 'anhu telah berkata "sesungguhnya Allah tidak menerima ibadah nafilah ( tambahan ) sebelum ibadah wajib dipenuhi terlebih dahulu".

فعلى كل حال: صيامها النفل قبل القضاء أمر محتمل. لكن صيام الست قبل القضاء أمر مقطوع به بأنها لم تصمها؛ لأن عائشة رضي الله عنها أفقه منا ونحن نفقه من هذا الحديث الذي قاله الرسول صلى الله عليه وسلم أن الست تابعة لرمضان، فلا يمكن أن تصام قبل إتمامه. 
قد يقول قائل: أليس الرسول يصوم في أيام البيض أو يصوم ثلاثة أيام من كل شهر أو يصوم يوم الإثنين والخميس، لماذا لم تصم معه؟ فيقال: ألا يمكن أن يكون وقت صوم الرسول عليه الصلاة والسلام حائضاً؟ يمكن، ولهذه الأمور المحتملة لا تكون دليلاً.


 سلسلة لقاءات الباب المفتوح:  لقاء الباب المفتوح [150]

Dalam keadaan apapun, berpuasa nafila ( puasa sunah tambahan ) seorang 'Aisyah sebelum melakukan qadha itu bisa dimungkinkan terjadi. Akan tetapi berpuasa 6 hari  sebelum melakukan qodho ini adalah perbuatan yg cacat oleh karena itulah 'Aisyah tidak melakukan puasa 6 hari. Sebab 'Aisyah lebih paham dari kita dan kita hanya memahami dari hadits rosulullaah bahwa puasa 6 hari mengikuti setelah puasa ramadhan, maka tidaklah mungkin melaksanakan puasa 6 hari bulan syawal sebelum menyempurnakan puasa ramadhan.

Telah berkata seseorang : apakah rosulullaah berpuasa ayyamul bidh ? Atau berpuasa 3 hari setiap bulannya ? Ataukah berpuasa senin kamis ?

Kenapa 'Aisyah tidak ikut berpuasa bersama beliau rosulullaah ? Maka aku (syaikh Utsaimin ) katakan kepada orang yg bertanya itu: Tidaklah mungkin 'Aisyah berpuasa oleh sebab dia sedang haidh saat rosulullaah berpuasa, dan mungkin ini bisa saja terjadi. Akan tetapi jawaban yg seperti ini tidaklah bisa menjadi dalil.

Diambil dari Liqoatul Baabul Maftuh halaman 150.